counter

Kamis, 04 Desember 2014

Perang Puputan Margarana

Perang puputan margarana diawali dengan adanya perundingan linggajati dimana Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia dan wilayah yang diakui yaitu Sumatra, Jawa, dan Madura. Rakyat Bali merasa kecewa dengan isi perundingan tersebut. Hingga akhirnya Belanda memanfaatkan kecewaan Rakyat Bali dengan menghasut Rakyat Bali yang diwakili oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk mendirikan negara sendiri yaitu, Negara Indonesia Timur (NIT).
Ajakan Belanda untuk mendirikan negara baru ditolak mentah-mentah oleh Kolonel I Gusti Ngurah Rai dan mengadakan serangan diam-diam dengan cara melucuti senjata polisi militer Belanda, NICA (Netherland Indies Civil Administration). Serangan diam-diam itu dilaksanakan pada 20 November 1946 (dini hari) dan berhasil baik.
Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu Pasukan I Gusti Ngurah Rai atau yang biasa disebut sebagai Pasukan Ciung Wanara kembali ke Konsolidasi dan pemusatan pasukannya di Desa Adeng Kecamatan Marga.
Di sisi lain, Belanda yang awalnya tidak mengetahui tempat pemusatan pasukan Ciung Wanara mulai menyelidiki pusat kedudukan pasukan tersebut. Setelah mengetahui pusat kedudukan Pasukan Ciung Wanara pada tanggal 20 November 1946 pagi-pagi buta Belanda telah mengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan Pasukan Ciung Wanara. Pada pertempuran yang seru itu pasukan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom dari Makassar. Di dalam pertempuran yang sengit itu Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (Fight to the end). Dengan perintah dari pimpinannya, Pasukan Ciung Wanara bertempur habis-habisan dan tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.
Dalam Perang yang sekarang dinamai oleh Masyarakat Indonesia dengan nama Perang Puputan Margarana ini, Pasukan Ciung Wanara yang mempunyai jumlah pasukan 96 orang itu tewas semua termasuk I Gusti Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Oleh karena itu untuk mengenang perjuangan rakyat Bali, kini pada bekas pertempuran itu didirikan sebuah Tugu bernama Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa dan untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan dalam sebuah nama bandara di Denpasar Bali. Disamping itu I Gusti dianugerahi sebagai pahlawan anumerta.

Dikarenakan Belanda yang pada waktu perang menang dari Pasukan Ciung Wanara, Belanda berhasil mendirikan Negara Indonesia Timur pada tanggal 24 Desember 1946 dengan Presiden Tjokorda Gede Raka Soekawati. NIT mempunyai kedudukan pusat di Makassar sedangkan wilayah NIT sendiri meliputi wilayah Sulawesi, Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara) dan Kepulauan Maluku. Negara ini dibentuk setelah dilaksanakan Konferensi Malino pada tanggal 16-22 Juli 1946 dan Konferensi Denpasar dari tanggal 7-24 Desember 1946 yang bertujuan untuk membahas gagasan berdirinya negara bagian tersendiri di wilayah Indonesia bagian Timur oleh Belanda. Pada tanggal 17 Agustus 1950 akhirnya Negara Indonesia Timur bubar dan semua wilayahnya melebur ke dalam Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar